Selasa, 02 Juni 2015

Sepuluh hal yang membuat ku paling bahagia

10 hal yg membuat ku bahagia...

Challenges hari ke-2...

Masih menulis dikota yg sama, ibukota negeri tercinta, tapi bedanya sekarang sedang di dalam pesawat, pesawat yg akan membawa ku kembali ke kota tercinta, Palembang Bumi Darusalam.

Membaca judul tulisan hari ke-2 ini, rasanya berat sekali.
Entahlah, tangan ini terasa sulit menuangkan kata demi kata agar tersusun kalimat yg mewakili judul dari challenges hari kedua ini.
Entahlah, ada gemuruh di hati, airmata rasa-rasanya ingin tertumpah ketika sekali lagi membaca judul hari kedua ini.

Bahagia...
Satu kata berjuta makna, berjuta definisi, setiap orang pun berbeda mengartikannya, bahagia itu tak pernah sama bagi setiap bagian orang.
Bahagia itu adalah sebuah perasaan yg membuat merasa tenang, damai, tidak terbebani apapun.
Bahagia itu ketika kita dalam keadaan bahaya tiba-tiba ada yg menolong, bahagia itu ketika kita sakit, diberi kesembuhan.
Ahh..bahagia begitu banyak, tapi kali ini aku diminta menuliskan 10 hal saja yg membuat ku paling bahagia, sementara ada begitu banyak kebahagian itu yg dirasakan tiap hari, tiap jam, bahkan tiap detik, tapi aku hanya harus menuliskan 10 saja. Berat bukan?
Menurut ku ini materi yg sangat berat, sungguh berat, karena ketika kita menceritakan sebuah kebahagiaan, lantunan kesyukuran pasti mengiringi ketika kita mengingatnya.
Tapi kemudian aku berpikir, menulis 10 macam saja bukan berarti aku mengabaikan lainnya.
Pun ketika aku menceritakan satu per satu dari sepuluh yg diminta bukan berarti itu menunjukkan urutan yg membuat ku paling bahagia, aku tidak membuat tingkatan-tingkatan, aku menulis apa yg saja yg terlintas di pikiran.

Aku susah tuk bangun malam, tuk lail apalagi pasca kedatangan tamu bulanan, bahkan aku menunda isya agar aku terjaga ditengah malam dengan begitu aku bisa langsung sholat malam "tahajud".😢
Ketika bangun tengah malam kemudian aku lail dan tak perlu menunda isya', itu membuat ku bahagia.

Ketika menunggu di ruang tunggu pesawat, aku memang suka menyapa seseorang yg disamping ku tentu saja aku memilah milah orang yg diajak bicara, aku tak berani menyapa seorang "ikhwan dan yg belum menikah" tentu saja "ikhwan dan yg belum menikah" menurut versi dan tebakan ku pastinya. Karena aku tak begitu percaya dengan hati ku, hahahaha.
Seperti malam ini kebiasaan itu tetap dilakukan, aku pun menyapa bapak yg kemudian memperkenalkan diri sebagai Pak Gunadi, bekerja di Taspen, dari Bengkulu, pulang menemui istri dan ketiga anaknya, beliau orang Bengkulu, namun takdir menempatkan rezekinya di kota ku, kota Palembang.
Selama di ruang tunggu aku bercerita tentang odoj ku, lupus ku. Beliau sangat tertarik dengan odoj dan ingin mempelajari odoj, bak marketing yg sedang berjualan, aku promosikan odoj, apa yg aku rasakan selama berodoj. Tentang lupus pun aku bercerita dan ternyata tetangga beliau yg di Bengkulu pun seorang odhapus dan sering kontrol ke RSMH, rumah sakit negeri di kota. Kemudia beliau menunjukkan sebuah foto kejadian sebulan yg lalu, beliau kecelakaan hebat dan aku pun merinding melihatnya. Beliau bercerita kronologisnya yg membuat ku kagum, kagum pada ke MahaBesaran Allah, kalo bukan kekuatan Allah mungkin aku gak ketemu beliau hari ini.
Ketika aku bisa menyapa orang lain dan orang yg disapa welcome kepada ku, terlibat obrolan panjang dan hingga aku bisa memperkenalkan odoj kepadanya. Inilah yg kemudian membuat ku bahagia.

Sejak acak (sebutan kakak perempuan ku) pindah rumah, kedua keponakan ku pun jarang ke rumah. Ketika mereka ke rumah, terutama yg si kecil, beliau sering menerobos masuk ke kamar ku, memanggil ku "ummi" seraya memeluk ku, kemudian mengajak ku ke kamar mama papa dan kami tidur disana. Bahagia itu sederhana bukan?

Sejak menderita lupus, aktivitas ku bersama si pink berkurang, hingga kemana-mana kudu di antar pake mobil, selain papa, adik ku yg ikhwannya (Agung namanya) yg mengambil peran ketika papa tak bisa mengantarkan ku. Di mobil aku bisa bercerita banyak hal dengan dia, mengajak dia berpikir tentang alam sekitar, apa yg terjadi saat ini, berbicara tentang masa depan beliau dan tak jarang ku selipkan nuansa agama di tiap pembicaraan, aku ingin dia sedikit banyak terkontaminasi dengan apa yg aku lakukan, mimpi ku hidayah menyapanya, hingga beliau bisa menjadi anak yg soleh dan tertarbiyah.

Bahagia itu bagi ku bisa jalan bareng mama papa hanya bertiga. Jalan bareng adek cowok ku hanya berdua. Intinya saat bersama mereka dan pergi ke suatu tempat apalagi tempat itu "bukan mall" itu yg membuat ku bahagia. Lucu bukan? Entahlah aku tak terlalu suka berlama-lama di mall kecuali belanja buat aku masak.😄

Odoj menambah jumlah saudaraku terlebih aku seorang pengurus. Bahagia bagi ku ketika berkaitan dengan odoj adalah saat dimana aku tidak hanya mengenal dan akrab dengan anggota odoj 34 maupun pengurus tetapi juga dengan keluarganya. Entah itu seorang kakak, mbak, mama, maupun papa.

Bahagia dan bahagia, ahhh jujur tambah susah ni melanjutkan tulisan ini, baru 6 yg terlintas, ada 4 lagi, dan kepala ku begitu berat. Huft...

Aku bahagia ketika adik cewek ku memutuskan menikah, karena aku tak ingin melihat dia lebih lama lagi berpacaran, meski akhirnya aku harus didahului, bagi ku tak apa, karena aku tau jodoh sudah punya bagian masing-masing.

Aku bahagia saat tak jadi dijodohkan dengan orang yg baru mama papa lihat dan kenal. Tanpa tau latar belakangnya, siapa dia, dan lain sebagainya dan tentu saja dia tidaklah tarbiyah. Aku sempat terpukul sekali saat mereka meminta ku membuka hati tuk dia yg orang tua ku sendiri tak mengenalnya, baru satu kali ketemu. Meski harus merogoh kocek dalam, aku ikut seft disanalah Allah membuat ku lega, karena aku bisa meluapkan segala rasa, menangis tanpa takut didengar mama papa ku. Ahh, ini lah moment terberat yg menimpa ku, lebih berat saat aku di vonis lupus.

Bahagia saat bisa masak dan masakan dihabiskan bahkan aku yg masak tak kebagian..

Bahagia itu sederhana, ada di hati yg penuh kesyukuran, menikmati semua pemberian, karena sebuah pemberian bentuk cinta yg ditujukan tuk kita.

Dan semua kebahagian akan bermuara pada satu harapan, yaitu syurga. Syurga di akhirat kelak, saat timbangan amal mengantarkan aku, kamu, dia, mereka yg membaca tulisan ini menjadi penghuninya. Aku rasa semua sepakat, kebahagian ini berada diurutan pertama sebagai harapan kita, mimpi dan doa-doa yg terulur indah namun bahagia ini hanya akan kita nikmati di urutan terakhir.

The end
Perjalanan Jakarta-Palembang
02 Juni 2015
Syifa1707
Jejak yang tertinggal

4 komentar:

  1. subhanallah, bangun tengah malam dan bisa ODOJ itu nikmat banget ya mb rasanya. semoga selalu istiqomah

    BalasHapus
  2. oo, udah pulang y hehe tak kirain lama di jkt hehe
    semangat ya syifa, dibalik ujian pasti ada hikmahnya :) #peluk

    BalasHapus
  3. Udah lupa kapan terakhir bangun tengah malam..
    Semoga Mbak Syifa diberi kekuatan dalam menghadapi ujian.
    Anis juga pingin menikmati kebahagiaan yang diurutan terakhir itu :)

    BalasHapus
  4. subhanallah
    semoga semangatnya ikut nular buat yg baca n komen disni juga ya

    BalasHapus