Sabtu, 20 Januari 2024

Terima kasih untuk 21.01.22 - 18.01.2024

Aku pikir kita akan menggenap di 2 tahun..

Ahh. Baru menulis segini aja airmata ku sudah menderas, bayang semua kejadian hadir.

Ingin semuanya aku tuliskan disini, sebagai ingatan bahwa kau begitu berarti, bahkan sangat berarti mengalahkan banyak hal.

Kehilangan mu adalah hal yg paling berat dari kehilangan² sebelumnya. Mengikhlaskan mereka begitu mudahknya, namun entah mengapa mengikhlaskan mu seperti menyakiti diri sendiri.

Kini aku terpuruk dalam lara, berusaha baik² saja dihadapan semua orang termasuk diri mu.
Namun dikala ku sendiri semua rasa berkecamuk, tak jarang aku ingin membenturkan kepala ku ke dinding, kepal tangan ku ke kaca dan bahkan ingin menabrakkan motor.

Aku separah itu...

Sabtu, 06 Januari 2024

05 Januari 2024

05 Januari 2024

Aku adalah anak kecil yg begitu takut kehilangan mainannya.
Tetap aku juga anak kecil yg harus tumbuh besar dan dewasa, belajar mengalahkan ego, tak semua yg diinginkan bisa dimiliki.

Aku harus belajar ikhlas tuk sesuatu yg begitu dicintai, begitu disayangi.

Belajar...?
Entahlah gagal terus lagi dan lagi
Logika ini siap namun hati tak seirama.

Pikir ini mengajak berhenti namun hati tak rela.

Aku bertarung dengan pikir ku sendiri, kenapa seberat ini..

Jumat, 08 Desember 2023

Kian berat saja...

08 Desember 2023

Hujan baru saja selesai membasahi ibukota negara ini. Aku yg keras kepala masih berada di depan laptop mencari berkas yang harus dikirimkan, tak peduli keringat dingin membasahi wajah, kepala berasa mau pecah, dada berdegup kencang ingin sekali rasanya rebahan. Aku sesekeras kepala itu.

Entah mengapa mata ini membuka grup Daily dan membaca "otw Rawamangun". Langsung saja hp dilepaskan menarik gamis dan khimar di gantungan, belum selesai siap-siap, suara motor sudah terdengar. 
Ahh, bahkan suara motor dan langkah kakinya sudah sangat familiar, kian susah bukan...?

Lagi-lagi pertahanan ku kembali runtuh, aku gagal membaja dihadapannya. Aku seperti anak kecil yang takut sekali kehilangan mainan, tak mau dilepas barang sedetikpun.

Aku membenamkan diri, memegang erat tak mau dilepas.
Ahh, kian berat saja. Terlebih apa yg dilakukannya hari ini, ingin sekali menahannya tuk tak pergi, ingin tetap disini, tetap tinggal, tak ada kata coba lagi. Hari ini kenangan itu kian banyak, entah dengan cara apa aku melupakannya, entah dengan cara apa aku terbiasa. Seminggu ini aku bernafas dalam kenangannya dalam nasehat, sebentuk perhatian, sebentuk kekhawatiran, ahhh semuanya, hingga tak ada cela buat aku membencinya, mengembalikannya pada posisi semula. 

Hari ini kian membuat ku sulit...
Hari ini kian membuat ku berat...

Tapi ada yg harus kami jaga, lebih besar dari apa yg kami rasa.
Dia bilang rasa ini anugerah, biarkan anugerah ini kembali kepada-Nya dalam bentuk doa panjang untuk kebaikan masing-masing. Kami tak tau apa penyebabnya bisa sejauh dan sedalam ini. Dia yg memberikan maka minta kepada-Nya untuk menarik kembali.

Ada yg harus kami jaga, lebih besar dari rasa takut akan kehilangan. Mungkin takdir kami hanya sebatas disini yg kemudian akan kami lanjutkan dalam diam, dalam pengharapan kepada-Nya saja.

Aku akan BERTARUNG sekali lagi.
Membunuh rasa untuk menyelamatkan rasa lainnya.
Membuat luka untuk menutup luka lainnya.

Senin, 04 Desember 2023

#catatanPerjalanan

Palembang Darusalam
Jakarta Kota Tujuan
04 Desember 2023

Hari ini 04 Desember, bertepatan 8 tahun usia jagoan ku. Agak mengsedih dia tadi bilang "ummi, kan baru 2 hari balek, kok lah pegi lagi".

Kau tau gimana hati ku, byaaaar berantakan. Trus satu lagi nyahut "ummi, pas ayuk ulang tahun ummi balek kan..?"
Kali ini lebih kacau lagi.

Duuh 2 permata hati ku, maafkan ummi kalian yg keras kepala ini, ummi sedang berjuang, sedang mengalahkan ketakutan dan kesedihan sendiri. Inginnya berlama-lama bersama kalian, tetapi itu sama saja ummi lari dari masalah, kali ini semua harus dihadapi mau serumit apappun, mau sesulit apapun. Hati ini harus diajak tuk kembali membaja agar tak satu orangpun nantinya mematahkannya lagi, tak satu orangpun yg bisa membuatnya takut.

Huft..
Menuliskan ini mengundang bulir-bulir bening keluar.
Duhai Allah yg ada di atas sana, lihat aku sejenak, aku saat ini berjuang di atas jalan takdir Mu, entah apa yg sedang Engkau siapkan tuk hamba Mu yg penuh dosa ini hingga ujiannya tak pernah selesai.
Duhai Allah, jika sudah dekat maka segera hadirkan kebahagian itu, jika jauh mohon dekatkanlah. Aku hanya takut kian melemah dengan hantaman-hantaman yg tak berkesudahan.

Duhai Allah, terima kasih tuk hari ini, meski aku sedikit gila, tetapi Engkau begitu baiknya menjaga ku dengan selamat.

Sungguh ketika aku pikirkan apa yg aku lakukan hari ini cuma bisa menertawakan sendiri.

Aku sok mandiri dan tak mau bertanya dgn siapapun kemana kaki akan melangkah, apa yg akan dipilih.
Bermodalkan nekat memilih yg harusnya tak dipilih, namun lagi-lagi Maha Baiknya Engkau memberikan kemudahan malam ini, hingga aku begitu takjud dengan segala kuasa-Mu.

Terima kasih Allah..

Jika malam ini Kau menerbitkan senyuman yg merekah di wajah ku, mohon izinkan aku kembali tersenyum buat besok, besok, besok, besoknya lagi dan seterusnya agar aku lupa tentang kesedihan, tentang kehilangan kemarin.

Aku ingin lahir kembali dengan semangat baru, mohon bimbingan mu duhai Allah.

Titip cerita hari ini..

Setibanya pesawat dilandasan bandara, aku mulai teringat bahwa pesawat yg ku tumpangi adalah citilink dan itu artinya aku akan berada di terminal 3.

Terminal 3 adalah pengalaman perdana malam ini, belum pernah sekalipun diri ini menginjakkan kaki di kedatangan terminal 3. Sepanjang bis membawa diri, kepala ini berpikir keras di dalam akan terjadi apa, terminal 3 yg begitu panjang dan bawaan 10kg sedang menanti di bagasi.

Menapaki kaki di terminal 3 mata ini tertuju dengan pemandangan yg cukup memanjakan mata, hanya bisa berucap masya Allah ditiap kaki ini melangkah.

Seperti terminal-terminal lainnya, terminal 3 pun membutuhkan waktu cukup lama dalam pengambilan bagasi, mata menatap lurus kedepan berharap bagasi segera berjalan, kepala ini kembali berpikir naik apa darisini menuju kosan. #nariknafaspanjang.

Selepas pengambilan bagasi, berbekal bertanya kepada petugas bandara, kaki ini melangkah menuju bis damri dan ternyata trolli g bisa dibawa menuju bis, hmmm.
Baiklah dengan semangat yg membara 10 kg diangkat. 

Drama masih berlanjut rupanya, ketika memilih tiket menuju pasar minggu jadwal yg ada 21.30 #tepokjidat
Mulai menghitung berapa lama menunggu, jam berapa jalan, jam berapa smp, bisa-bisa tiba dikosan berganti hari bila memaksakan diri di 21.30.

Pilihan kemudian jatuh kepada gocar, udahlah mahal tak apa. Tapi setelah cek aplikasi, ow ow mahalnya tak kira2 menyentuh angka 300rb, akhirnya mundur dan balik lagi ke tiket damri.

Pilihan jatuh di jurusan Gambir, karena berangkat 20.30 hanya menunggu 30menit tak apalah, paling malam tiba dikosan jam 22.00.

20.30 jurusan gambir tak menampakkan diri, 20.40 barulah ia muncul.
Taukah Kau duhai Allah, disaat bersamaan Damri Pasar Minggu mendarat, disitulah aku langsung lemas dan ingin menangis rasanya. 

Namun, pilihan sudah diambil. Mau tak mau Gambir tetap dinaikin, mencoba berprasangka baik dengan semua yg terjadi, menguatkan hati dan bilang kepada diri sendiri "mungkin Kau ingin aku berjalan-jalan sebentar sembari mengingati jejak-jejak langkah bersama mas".

Dan aku dibuat terkagum-kagum kembali atas takdir yg Kau berikan malam ini, meski hati nelangsa, tapi pendengaran ini masih bisa fokus, ketika ada salah 1 penumpang berbicara ttg Slipi, pikir ku mulai berlari kesana, tangan ini secepat mungkin mencari rute dan akhirnya dengan bimbingan Mu aku turun di Slipi.

Setelah turus apakah selesai kegalauan ku, ternyata tidak.
Aku bingung harus memesan gojek darimana, tag lokasi dimana.
Lagi dan lagi Kau tak biarkan ku sendiri, penumpang yg turun bersamaan dengan begitu baiknya mengarahkan dan menemani. Masya Allah.

Akhirnya tibalah aku dikosan.
Naik damri jurusan gambir, turun di slipi lanjut gojek.

Semua skenario Mu malam ini menjadikan ku kian bersyukur tuk tiap yg Kau takdirkan, tak ada yg sia-sia.

Dan harap ku pun sama, apa yg terjadi antara aku dan mas semoga tak ada yg sia-sia, pasti ada kebaikan di dalamnya..

Bimbing aku tuk memungut hikmah yg sedang Kau sebar duhai Allah..


Jumat, 01 Desember 2023

261123

Kenapa tak ada airmata itu duhai Allah, kenapa hanya degup jantung yg berdetak kencang, nyeri dan menyesakkan.

Aku tau akan sampai pada hari ini, ketakutan ku berhari-hari kemarin terjadi hari ini.

Entah apa yg terjadi disana duhai Allah, namun satu pinta dan doa ku, jaga mereka dari segala keputusan yg akan kami sesalkan kemudian.

Aku takut duhai Allah, tolong lindungi aku dari segala keburukan dan segala aib yg bisa membuatku terbuang.

Aamiin ya robbal 'alamiin.

Jalan..

Ada kata yg tertahan
Ada rasa yg tak terungkap
Entah pada jiwa mana akan ia ceritakan, tentang kecewa, tentang ketidakberdayaan, tentang mimpi yg harus diikhlaskan.

Aah, kali ini berat sekali. 
Kembali menjadi yg terasing. 
Melihat dari kejauhan padahal raga bisa saja mendekat. 

Mengajak hati agar tak terus bergemuruh ahh sulit sekali. 
Mengajak pikir tuk tak menari dalam sedih ahh melelahkan sekali.

Lama tak ku goreskan tinta, mengukir tiap rasa. 

Ada rindu tentang dia, dia yg tertawa lepas tanpa kepura-puraan.. 

Rindu akan dia yg tak hilang semangat, meski berkali-kali cinta terenggut darinya.

Di ujung jalan sana apa yg sedang Kau siapkan..? 
Kenapa jalannya susah sekali. 
Kenapa langkah ini begitu berat. 

Kali ini boleh kah aku bilang menyerah, boleh kah aku bilang kalah..? 

Berkali-kali hati ini hancur duhai Allah. 

Kesakitan
Kehilangan
Ketidakberdayaan

Aku lewati sendirian dalam tangis yg panjang, dalam sesak yg tak berkesudahan.

Aku tak sekuat itu, melewati hari-hari yg begitu panjang, begitu melelahkan. 

Aku butuh bahu tuk bersandar. 
Tangan yg menggenggam. 
Suara yg menenangkan. 

Aku mulai lelah dengan perjalanan ini. 
Aku ingin pulang, pulang kembali pada Mu.

Kita adalah kata yang telah selesai

Rintik hujan hari itu menjadi teman sepanjang perjalanan kita. Berada di belakang mu, menikmati gemericik air membasahi tubuh, meski dingin namun tak ku hiraukan, fokus ku hanya ingin menikmati hari itu tuk terakhir kalinya. Meski hanya sebentar namun tak mengapa, aku ingin pergi dilepas mu dan kembali membawa hati dan diri yang baru.

Iyah, aku berjanji, sekembalinya ku nanti aku akan menjadi diri yg baru, diri yg berhasil kau didik menjadi lebih baik, perjalananan kita selama 678 hari tak akan sia-sia, baik tentang sikap ku, cara ku, kepribadian ku, bahkan mimpi ku, eh bukan mimpi ku saja tapi mimpi kita.

Aku menentang dunia dan hati ku sendiri, dulu ketika dunia ku karam aku memilih pergi menepi sendiri, membawa hati dan diri enggan kembali, enggan berjumpa sesiapapun termasuk kau kakak ku.

Tapi kali ini enggak, aku mencoba hal baru, mengobati luka namun tetap bisa melihat dan kita berinteraksi.

Kau tau alasannya apa?
Hanya satu, semua tentang mimpi kita, mimpi yg harusnya diwujudkan bersama namun sekarang aku harus berjuang sendirian.

Tak mengapa, hitung-hitung aku menjajal kemampuan ku, jika dibayangkan berat, tapi yakinlah keras ku akan mengalahkan semua rasa sedih dan kehilangan.

Akan ku tunjukkan pada mu bahwa didikan mu berhasil, kau g salah menempatkan posisi, dan aku janji kau akan tersenyum bangga karena aku berhasil.

Kau tak perlu risau dengan segala gerak ku nanti selepas aku kembali.
Mungkin akan kau lihat aku yg ceria seperkian detik kemudian aku menggalau lagi. Aku juga belum pandai mengontrol hati, mohon doakan aku di sepertiga malam mu, biar aku ceria selalu tak menggalau melulu.

Aku beritau, kehilangan mu adalah hal paling berat dari banyaknya kehilangan yg pernah aku alami, bahkan lebih berat dari aku melepaskan cinta yg pernah ku ceritakan.

Lucu bukan..?
Tapi itulah nyatanya...

678 hari waktu yg cukup lama bukan..?
Selama itu aku tak pernah merasa sendiri, tak perlu ku ceritakan panjang lebar tentang 678 hari.
Itulah alasan mengapa berat sekali kali ini.

Hai kakak...
Jika nanti aku kembali dan belum terbiasa dengan perubahan ini tolong jangan mendekat lagi, jangan pernah ajak aku bicara lagi, jangan bertanya ini dan itu, karena pertahanan ku bisa runtuh kembali.

Ketika aku kembali kita akan tetap saling menjaga namun dalam riuh dan panjangnya doa.

Kehilangan mu dan kesendrian ku semoga menjadi langkah baru tuk kita menjadi pribadi yg lebih baik lagi. Kau dengan dunia mu, aku dengan dunia ku. Tak ada lagi kita, karena kita adalah kata yang sudah selesai.

Sampai kapan pun kau adalah saudara terbaik yg pernah Allah hadiahkan kepada ku.
Sosok hebat yg mampu melembutkan aku yg keras.
Orang yg mampu membuat ku menjadi sebaik-baik pendengar.
Teguran mu membuat ku serta merta terdiam dan menurut.
Terima kasih untuk segenap kebahagiaan yg pernah kau hadirkan di 678 hari kita bersama.
Maafkan belum sempurna menjadi yg kau ingin kan.

Semoga semesta mengabulkan tiap doa dan pinta mu.
Semoga Allah selalu menjaga kau dan keluarga mu, ujian kali ini menghadirkan tangisan bayi yg telah lama kau rindukan
Aamiin ya robbal 'alamiin.