Sabtu, 24 Juni 2017

Tentang Ramadhan 1438 H

Ramadhan baru saja berlalu, riuh gema takbir bertalu-talu menandakan surya syawal akan segera terbit esok hari.

Ketika ku menulis kata ramadhan jauh pikiran ku melayang ke 29 hari yg baru saja dilalui, ramadhan spesial mungkin seharusnya saya menyebutnya karena begitu banyak kejadian selama 29 hari dialami.

Genap sudah 4 kali ramadhan lupus membersamai diri. Memiliki lupus sungguh menambah kenikmatan sendiri karena tahun ini ramadhan dihadapi dgn kondisi lupus yg tidak stabil, virus melanda kulit, pergi keluar kota 2 kali dalam sebulan dan diantaranya ditempuh dgn perjalanan darat dimalam hari.
Ku kira dgn kondisi lupus ga stabil akan banyak puasa yg tidak ku jalani, syukur pada Ilahi Robbi hal itu tidak terjadi, puasa full dijalani jika pun tidak puasa dikarenakan qodrat sbg perempuan hadir. Alhamdulillah

Ujian besar pun menghampiri tepat di 17 ramadhan, bayi mungil yg baru 40 hari hadir ke bumi harus merasakan tajamnya jarum suntik, alat pacu jantung dan dinginnya ruang ICU. Oh, Allah biarkan saja aku yg menggantikan, kata yg terucap begitu saja melihatnya berjuang tuk hidup, entah berapa banyak airmata yg menetes, entah berapa kali menampar diri sendiri krn hati nyaris lupa bahwa tiap yg terjadi ada takdir-Nya yg memainkan peran. Nyaris seperti orang gila mengajak bayi mungil dgn kondisi kritis bicara, meminta dia bangun jangan tertidur, meminta dia tuk berjuang, bilang padanya dia kudu tumbuh jadi dewasa krn dia dibutuhkan, dia kudu jadi anak cerdas dan menemukan obat lupus ku, inilah hal tergila yg ku lakukan krn ingin dia bangun. Letih melakukan semuanya kubuka mushaf melantunkan ayat apa saja yg ku buka, tak lama dari itu dokter bilang kondisinya tiba2 naik, aku pun loncat kegirangan melihat dia membuka mata seakan mengiyakan tiap ucapan ku, ku cium dua tangannya seraya meminta maaf dan berterima kasih. Namun takdir lagi-lagi memainkan peran-Nya 4 hari berjuang di ruang ICU dia menghembuskan nafasnya yg terakhir dan sakitnya aku tak berada di tempat, tangis ku pun pecah hingga tak sanggup melihat jasad dan menggendongnya dari kamar ICU keluar.

Al-Anbiya 21:35

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةًۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.

Tiap-tiap nyawa akan merasakan mati tak kenal usia dan tak kenal waktu, tak mesti usia senja tuk Dia panggil pulang, bayi kecil yg masih suci pun memiliki peluang yg sama untuk diminta-Nya pulang, penjagaan-Nya tentu lebih baik daripada penjagaan kami keluarganya.

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un...

Setiap yg terjadi pasti ada hikmah-Nya karena Allah tak pernah salah dalam memberi dan tak pernah keliru menempatkan sesuatu.

Dia yg masih suci tentu sudah duduk manis di syurga sana, menunggu kami yg di dunia datang menemuinya, sementara kami yg di dunia harus berjuang kerasa mengumpulkan sebanyak-banyak amal agar Dia berkenan memasukkan kami ke syurga-Nya berkumpul dgn dedek Dafa.

Syawal kali ini semoga menjadi momentum perbaikan diri terus-menerus, meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah agar kami layak ke syurga.
Aamiin ya robbal 'alamiin.

#jejakyangtertinggal
#ramadhankuberduka
#syawalkuadalahharapan
#syifa1707

Tidak ada komentar:

Posting Komentar